Leya dan Jasmine Bongkar Bagian Tersulit Syuting “Rangga & Cinta”

Leya dan Jasmine Bongkar Bagian Tersulit Syuting “Rangga & Cinta”

Leya Princy dan Jasmine Nadya mengungkap tantangan terbesar saat proses syuting film “Rangga & Cinta”. Simak pengalaman mereka, konflik emosional, dan insight seputar peran ikonik yang mereka jalani.

Dalam proses produksi film “Rangga & Cinta”, Leya dan Jasmine menghadapi tantangan tersendiri yang tak mudah diekspos. Di tengah ekspektasi tinggi dan beban karakter ikonik, keduanya mengungkap bagian tersulit yang mereka rasakan selama syuting berlangsung. Dalam artikel ini, kita akan mengulas pengakuan keduanya secara mendetail, serta bagaimana momen kritis itu memengaruhi pengalaman mereka. Kata kunci leya dan jasmine muncul berulang secara natural dalam narasi berikut.


Subjudul: Beban Karakter & Tekanan Ekspektasi

Saat Leya Princy menerima tawaran memerankan karakter Cinta—yang sebelumnya sangat lekat dengan nama Dian Sastrowardoyo—beban moral dan emosional langsung melingkupi dirinya. Ia mengaku bahwa beban tersebut bukanlah sekadar syuting biasa, melainkan perjuangan untuk menjadikan karakter tersebut hidup dengan caranya sendiri.

Menurut Leya, bagian tersulit adalah menjaga keseimbangan antara menghormati versi lama dan menawarkan interpretasi baru. Ia merasa dituntut untuk tampil ikonik sekaligus orisinal. Di satu sisi, publik sudah punya ekspektasi tinggi; di sisi lain, ia ingin tampil sebagai Leya sendiri. Proses diskusi intensif dilakukan bersama sutradara dan produser untuk menyelaraskan visi.

Tak jauh berbeda, Jasmine Nadya juga mengungkap tantangan tersendiri saat memerankan Alya. Meskipun karakternya tidak berada di spotlight sebesar Cinta, dinamika geng dan hubungan antar tokoh membuatnya harus tetap kuat secara emosional. Jasmine menyebut bahwa menjaga chemistry dengan semua pemain dalam rangka membawa keseimbangan cerita adalah aspek rumit dalam syuting.


Subjudul: Konfrontasi Emosi dan Adegan Berat

Selain beban ekspektasi, Leya dan Jasmine juga melewati adegan-adegan emosional yang sangat menantang. Leya menyatakan bahwa bagian tersulit ketika dia harus menuangkan emosi mendalam tanpa kehilangan kendali akting. Dalam satu adegan, misalnya, ia harus menangis sambil tetap menjaga ekspresi yang tidak berlebihan agar adegan tetap terasa natural.

baca juga : https://kuwait-hi.com/opsi-lini-tengah-timnas-indonesia-di-putaran-4/

Jasmine menambahkan bahwa untuk beberapa adegan emosional, ia harus mempersiapkan mental jauh sebelum syuting dimulai. Waktu istirahat mental, diskusi karakter, dan latihan repetisi menjadi kunci agar transisi emosi tidak terkesan dipaksakan.

Kedekatan mereka dan para pemain lain dalam “Geng Cinta” membantu melewati masa-masa itu. Hubungan interpersonal yang sudah terbentuk memungkinkan mereka saling mendukung saat momen sulit datang.


Subjudul: Didatangi Versi Lama & Harapan Publik

Selama syuting, Leya juga mengalami momen mendebarkan ketika pemain AADC generasi awal datang ke lokasi syuting. Ia menyebut bahwa pertemuan tersebut menjadi titik refleksi berat. Ia gugup sekaligus terinspirasi, karena menyadari betapa warisan karakter ini telah begitu kuat di benak publik.

Ia mengaku deg-degan saat disapa oleh Dian Sastrowardoyo, yang menanyakan proses syuting dan memberikan saran ringan yang hangat. Momen itu mempertegas tanggung jawab yang dia pikul sebagai penerus karakter.

Jasmine pun ikut merasakan tekanan dari harapan penonton. Ia menyebut bahwa walau Alya bukan karakter utama, banyak penonton berkaca pada hubungan dan dialog yang ia jalani, sehingga ekspektasi terhadap dirinya tak bisa diabaikan.


Subjudul: Dampak Psikologis & Transformasi Pribadi

Menjalani peran berat ternyata tidak berhenti saat kamera dimatikan. Leya mengakui bahwa selepas syuting, ia menjadi lebih emosional dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyebut bahwa karakter Cinta membekas dalam ekspresi dirinya, sehingga ia kadang lebih mudah terharu atau menangis meski konteksnya tak berkaitan dengan film.

Jasmine melihat transformasi tersebut — bahwa proses syuting dan karakter yang intens ikut membentuk cara bicara atau gestur yang lebih halus dalam keseharian Leya. Dalam pengamatan Jasmine, leya dan jasmine mengalami pertumbuhan emosional selama proses karya ini.

Menurut sejumlah pengamat perfilman, fenomena seperti ini bukanlah hal baru—aktor yang mendalami karakter berat sering mengalami imprint psikologis. Namun dalam konteks remaja dan film musikal dengan ekspektasi penggemar nostalgia, dampaknya terasa jauh lebih intens.


Penutup & Rangkuman

Singkatnya, leya dan jasmine mengungkap bahwa bagian tersulit dari syuting “Rangga & Cinta” meliputi beban karakter ikonik, adegan emosional yang menuntut kedalaman, tekanan ekspektasi publik, serta dampak psikologis pasca produksi. Kedua aktris muda ini berhasil melewati tantangan tersebut dengan dukungan tim dan dedikasi penuh.

Ke depan, kisah ini bisa menjadi pelajaran menarik bagi aktris lain yang dipercaya membawakan kembali karakter legendaris. Bagaimana mereka menjaga keseimbangan antara menghormati versi lama dan membangun versi baru akan terus menjadi sorotan publik—dan barangkali memberi insight bagi industri film Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *