Musyawarah Nasional ke-6 Hidayatullah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, menjadi saksi momen penting dengan terpilihnya Naspi Arsyad sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) periode 2025-2030. Dalam pidato perdananya, Naspi mengajak para kader untuk memperbaharui semangat dakwah dengan menghadirkan nilai-nilai Islam yang nyaman dan sejuk di tengah masyarakat. Pesan ini bukan hanya sekadar seruan biasa, namun merupakan ajakan untuk kembali ke hakikat Islam yang mengedepankan kedamaian.

Mengenang Perjuangan Para Perintis

Naspi mengingatkan para peserta munas akan perjuangan dan dedikasi yang telah ditunjukkan oleh para pendiri Hidayatullah. Menurutnya, semangat dan konsistensi para perintis ini harus menjadi teladan bagi generasi saat ini. Sebagai sebuah gerakan yang berakar dari perjuangan dakwah, Hidayatullah punya tanggung jawab besar untuk menjaga kesinambungan amal dalam kehidupan beragama, sosial, dan kemasyarakatan. Dengan meneladani para pendahulu, diharapkan kader Hidayatullah dapat mengarahkan peran aktif yang lebih besar dalam masyarakat.

Menghadirkan Kenikmatan Berislam

Dalam pandangan Naspi, menghadirkan kenikmatan berislam berarti mengembalikan ajaran Islam ke esensinya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ini mencakup upaya untuk menjadikan nilai-nilai Islam sebagai bagian integral yang mampu memberikan solusi bagi berbagai permasalahan umat. Ia menggarisbawahi pentingnya dakwah yang humanis dan dialogis, serta mengajak kader Hidayatullah untuk aktif dalam kegiatan sosial yang memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Islam seharusnya menjadi inspirasi dan motivasi bagi umat untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai.

Tantangan Dakwah Kontemporer

Dakwah di era kontemporer tidak terlepas dari berbagai tantangan yang membutuhkan pembaruan strategi. Naspi menyebutkan bahwa umat Islam harus adaptif terhadap perubahan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai agama yang fundamental. Kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi mengharuskan metode dakwah yang kreatif, sehingga dapat menjangkau khalayak lebih luas dan mendalam. Tantangan eksternal seperti radikalisme dan stigmatisasi negatif terhadap Islam harus dihadapi dengan pendekatan yang bijak dan ilmiah.

Aksi Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari

Mewujudkan kenikmatan berislam juga perlu diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari. Naspi menegaskan bahwa pesan dakwah harus diwujudkan dalam bentuk kerja sosial yang langsung dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Gerakan cinta lingkungan, pemberdayaan ekonomi umat, serta pendidikan yang inklusif adalah beberapa contoh nyata bagaimana Islam dapat menjadi kekuatan transformasi positif dalam kehidupan sehari-hari. Harus ada keharmonisan antara ajaran dan tindakan, sehingga Islam benar-benar hadir sebagai rahmat bagi semesta.

Analisis dan Perspektif

Pandangan Naspi Arsyad tentang menghadirkan kenikmatan berislam di tengah umat merupakan gagasan yang relevan dalam konteks Indonesia yang pluralis dan majemuk. Menghadapi era globalisasi dan modernisasi, tantangan multi-dimensi tak terhindarkan. Islam dapat memainkan peran kunci dengan menjadi landasan moral dan etika bagi peradaban modern yang tetap menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai bagian dari masyarakat global, umat Islam diharapkan membawa peran damai dan produktif dalam percaturan dunia internasional.

Kesimpulan

Pidato Naspi Arsyad merupakan seruan penting untuk kembali menelaah dan mengimplementasikan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Kenikmatan berislam bukan hanya terwujud dalam penyampaian kata-kata, melainkan harus hadir nyata dalam setiap aspek kehidupan. Dengan melanjutkan semangat para perintis dan menghadapi tantangan masa kini, kader Hidayatullah diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan persatuan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi umat manusia. Inilah tantangan sekaligus peluang untuk menjadikan Islam sebagai kekuatan pendorong bagi kemajuan bangsa dan dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *